Ada dua pandangan fundamental dalam
pembagian stratifikasi interior planet bumi. Yang pertama didasarkan dari
perbedaan mineralogi dan komposisi kimia, misalnya minyak yang mengambang di
atas air dikarenakan komposisi kimia yang berbeda. Berikutnya didasarkan pada
perubahan sifat fisik batuan/material dari pusat sampai bagian terluar planet
bumi. Misalnya, minyak dan air memiliki sifat mekanik yang sama (fluida). Di
sisi lain, air dan es memiliki komposisi yang sama, tapi air adalah fluida
dengan sifat mekanik yang jauh berbeda dari es yang bersifat padat.
Chemical/Mineralogic Stratification
Chemical/Mineralogic Stratification
- Kerak benua : tersusun dari batuan yang densitasnya rendah seperti granit (~2.7 g/cm3). Ketebalan mulai dari 15-70 km, dan bisa mencapai 100 km di daerah sabuk pegunungan seperti Himalaya.
- Kerak samudera : seluruhnya tersusun dari ekstrusi basal di mid-ocean ridges, densitas (~3.0 g/cm3). Jauh lebih tipis dari kerak benua, mulai dari 5-10 km.
- Mantel : tersusun dari batuan yang densitasnya tinggi, peridotit (~3.4 g/cm3). Mengandung sebagian besar olivin. Bagian atas mantel bersifat kaku seperti kerak, dan bagian bawahnya bersifat lunak.
- Core : tersusun dari besi dan nikel, densitas sangat tinggi (10-13 g/cm3).
Mechanical (Rheologic) Stratification
- Lithosphere : bersifat kaku, ketebalan berkisar dari 5-200 km.
- Asthenosphere : bersifat lunak karena batuan yang ada di lapisan ini sudah mendekati titik leburnya, mengalir seperti cairan yang sangat kental. Perlu untuk dicatat bahwa meskipun astenosfer bisa "mengalir", bukan berarti adalah cairan. Oleh karena itu gelombang S dan P bisa melewati lapisan ini.
- Mesosphere : merupakan bagian terdalam dan paling tebal dari mantel. Bersifat kaku, pada kedalaman sekitar 660 km, tekanan dan suhu semakain besar sehingga mantel tidak lagi mengalir.
- Outer core : bersifat liquid, dimana cairan besi dan nikel mengalir mengatur medan magnet global. Tidak bisa dilewati oleh gelombang S.
- Inner core : bersifat solid, titik lebur semakin meningkat karena tekanan di lapisan ini sangat ekstrim.
Gambar 1. Struktur interior bumi. (bagian kiri)
stratifikasi berdasarkan komposisi, dan(bagian kanan) stratifikasi
berdasarkan sifat fisik.
(dimodifikasi dari: Jacson, J., McKenzie, D., Priestley, K., dan Emmerson, B, 2008) |
Note:
* Bidang
Moho (Mohorovicic Discontinuity) adalah batas antara kerak dengan mantel
bumi.
* Bidang
Lehmann (Lehmann Discontinuity) adalah batas antara inti luar dengan inti
dalam.
Metode yang digunakan ?
Bumi terdiri atas lapisan padat (kerak) di bagian luar
dan cairan (magma) di lapisan bagian dalam. Di lapisan lebih dalam lagi, para
ilmuwan memperkirakan inti bumi
terdiri atas nikel dan besi padat. Tingginya temperatur dan besarnya tekanan di bagian dalam bumi tidak
memungkinkan untuk di lakukannya pengamatan langsung. Para ilmuwan menggunakan metode tidak langsung dan menggunakan gelombang seismik (gelombang gempa) untuk memperkirakan struktur internal bumi kita.
Analisis struktur internal bumi kita tersebut di mungkinkan karena gempa
menghasilkan vibrasi (getaran) yang kemudian di sebut
gelombang seismik. Gelombang-gelombang seismik tersebut merambat di dalam bumi
dan dapat di ukur menggunakan detektor
sensitif yang di sebut seismograf. Hasil deteksi oleh seismograf disebut
seismogram.
Para ilmuwan memasang seismograf di
seluruh belahan bumi untuk mengamati pergerakkan lempeng kerak bumi. Gelombang seismik di kelompokkan menjadi 2
jenis, body waves (gelombang tubuh)
dan surface waves (gelombang permukaan).
Gelombang tubuh mencakup gelombang
tekanan atau gelombang primer P
(pressure waves atau primary waves) dan gelombang
S (shear waves). Gelombang S dan gelombang P inilah yang di gunakan untuk
menentukan struktur internal bumi
kita. Sebenarnya ada beberapa jenis gelombang seismik yang lain, tetapi hanya
berhubungan dengan kerusakan di permukaan bumi, hanya merambat di kerak bumi,
tidak di selurauh bagian bumi.
- Gelombang P
Gelombang P
merambat sebagai gelombang tekanan.gelombang P merupakan gelombang yang paling
cepat. Gelombang longitudinal P ini
mampu merambat melalui batuan padat, cair (magma) ataupun air. Gelombang ini
menekan dan menarik batu-batuan sama halnya dengan sumber bunyi yang
menggetarkan medium (udara).
- Gelombang S
Gelombang S
(shear waves) merambat seperti
getaran agar-agar dalam mangkuk.
Gelombang S hanya merambat dalam zat padat, tidak dapat merambat melalui
cairan.
Gambar 2. Gelombang P dan S
Bagaimanakah para ilmuwan
menggunakan informasi tentang perambatan gempa untuk menentukan struktur
internal bumi? Gelombang P dan gelombang S, yang biasanya di akibatkan oleh gempa bumi, gunung api, atau hujan meteor,
dapat juga di akibatkan oleh penggunaan bahan
peledak atau penggunaan mesin-mesin
berat. Gelombang P dan gelombang S yang di akibatkan oleh gempa bumi tidak
merambat dalam sebuah garis lurus.
Gelombang-gelombang tersebut juga memiliki laju
konstan. Seperti umumnya gelombang, gelombang S dan gelombang P dapat di pantulkan (mengalami refleksi) atau pun
di biaskan (mengalami refraksi)
ketika merambat dalam medium yang berbeda densitasnya.
Gelombang P dan gelombang S memungkinkan di petakannya
struktur dalam bumi. Karena merambat dengan laju yang beragam pada medium yang
berbeda-beda, gelombang-gelombang itu dapat juga di gunakan untuk menentukan pusat gempa (episentrum atau epicenter).
Perlu di ingat bahwa gelombang seismik juga merupakan aliran energi. Energi dari gelombang seismik dapat menyebabkan
kerusakan di bagian kerak bumi dan mengakibatkan munculnya patahan (fault).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar